Jenis sayuran ini mengandung zat - zat gizi khususnya vitamin dan mineral yang lengkap untuk memenuhi syarat kebutuhan gizi masyarakat. Selada sebagai bahan makanan sayuran bisa konsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan bersama-sama dengan bahan makanan lain. Selain berguna untuk bahan makanan, selada juga berguna untuk pegobatan terapi berbagai macam penyakit. Sehingga dengan demikian, selada memiliki peranan yang sangat penting di dalam menunjang kesehatan masyarakat. Mengingat akan pentingnya sayuran ini bagi kesehatan,baik kandungan gizi maupun seratnya, mendorong masyarakat makin menggemari sayuran khususnya daun selada.
Mengingat permintaan yang terus meningkat sesuai dengan pertambahan pendudukmaka perlu adanya usaha-usaha pengembangan tehnologi dalam budidaya selada. Memperhatikan kegunaannya yang beragam di dalam kehidupan sehari-hari, maka selada sangat mudah dipasarkan. Sehingga dengan demikian apabila dibudidayakan diusahakan dengan baik dapat memberikan keuntungan yang besar.
Berusaha tani selada dapat berhasil dengan baik apabila petani memiliki pengetahuan yang luas mengenai semua aspek yang berkaitan dengan tanaman selada, yaitu mulai dari manfaat dan kegunaannya, varietas, mutu benih, teknik budidaya, kondisi lingkungan bertanam, penanganan panen dan hama penyakit yang menyerang selada itu sendiri.
Makalah ini membahas tentang sejarah selada, deskripsi selada, klasifikasi selada, pembibitan, penanaman sampai pemanenan, dan hama yang menyerang selada. Makalah ini juga membahas semua aspek yang tersebut di atas yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya dalam bertani, khususnya di dalam pembudidayaan tanaman selada.
Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa tujuan yang akan diperoleh dari penyusunan makalah ini. Tujuan-tujuan tersebut antara lain : 1. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman selada. Untuk meningkatkan kemampuan pembaca dalam bertani, khususnya di dalam pembudidayaan tanaman selada. Untuk mengetahui hama dan penyakit pada selada. Bukti lukisan pada pemakaman Mesir kuno menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk "kepala" telah ditanam sejak SM.
Awalnya, tanaman ini mungkn digunakan sebagai obat, dan untuk minyak-bijinya yang dapat dimakan. Beberapa ras lokal selada, diketahui digunakan untuk diambil minyak-bijinya. Tipe selada liar sering memiliki daun dan batang yang berduri, tidak membentuk kepala dan daunnya berasa pahit, serta mengandung banyak getah.
Pemuliaan tanaman ini mungkin ditekankan untuk memperoleh tanaman yang tidak berduri, lambat berbunga, berbiji besar dan tidak menyebar, tidak bergetah, dan tidak pahit.
Aspek lain meliputi tunas liar lebih sedikit, daun lebar dan besar, dan membentuk kepala. Selada yang membentuk kepala adalah tanaman yang dibudidayakan agak lebih kini, yang pertama kali dinamakan sebagai "selada kubis" pada tahun Deskripsi Selada Tanaman selada Lactuca stiva termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam tanaman semusim berumur pendek.
Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi berkisar antara 20 cm — 40 cm atau lebih, bergantung pada tipe dan varietasnya. Tanaman selada ada yang membentuk krop kumpulan daun — daun yang saling merapat membentuk kepala dan ada varietas yang tidak membentuk krop. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30 cm — 40 cm dan tinggi tanaman selada kepala berkisar antara 20 cm — 30 cm. Secara morfologi, organ — organ penting yang terdapat pada tanaman selada adalah sebagai berikut.
Daun Daun tanaman selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam, bergantung pada varietasnya. Misalnya, jenis selada yang membentuk krop memiliki bentuk daun bulat atau atau lonjong degan ukuran daun lebar atau besar, daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan ada yang berwarna hijau agak gelap.
Sedangkan jenis selada yang tidak membentuk krop, daunnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, bagian tepi daun bergerigi keriting , dan daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan merah.
Daun selada memiliki tangkai daun lebar dan tulang — tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20 cm — 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih.
Batang Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada yang membentuk krop, batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah.
Sedangan selada yang tidak membentuk krop selada daun dan selada batang memiliki batang yang lebih panjang dan terlihat. Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran diameter berkisar antara 5,6 cm — 7 cm selada batang , 2 cm — 3 cm selada daun , serta 2 cm — 3 cm selada kepala.
Akar Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menmpel pada baying, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20 cm — 50 cm atau lebih. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi. Perakaran tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang subur, genbur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah solum tanah cukup dalam. Biji Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm.
Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman perkembangbiakan. Bunga Bunga tanaman selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu rangkaian. Bunga memiliki tangkai bunga yang panjang sampai data mencapai 80 cm atau lebih. Tanaman selada yang ditanam di daerah yang beriklim sedang subtropik mudah atau cepat berbuah. Klasifikasi Selada Dalam ilmu tumbuhan, tanaman selada diklasifikasikan sebagai berikut. Di antaranya ada varietas yang berkrop, yaitu yang membentuk kumpulan daun — daun yang saling merapat membentuk bulatan menyerupai kepala, dan ada varietas yang helaian daunnya lepas tidak merapat membentuk bulatan.
Varietas Selada Selada telah lama dikenal oleh masyarakat. Pada awalnya, hanya terdapat beberapa varietas jenis selada. Dengan berkembangnya peradaban manusia dan teknologi, kini telah ditemukan varietas — varietas baru yang lebih unggul dari generasi — generasi sebelumnya yang jumlahnya tidak terhitung lagi. Sehingga memberikan harapan besar terhadap peningkatan produksi selada di Indonesia maupun di nehara — negara lain. Di samping itu, terbitnya varietas — varietas baru yang produksinya lebih tinggi dari varietas — varietas sebelumnya juga memberikan harapan yang besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Di Indonesia terdapat varietas selada lokal maupun varietas yang berasal dari luar negeri varietas impor. Namun, pada umumnya yang banyak dibudidayakan oleh petani adalah varietas impor, karena produksi varietas lokal pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan varietas impor. Setiap tahun secara kontinu perusahaan — perusahaan benih tersebut menghasilkan varietas baru.
Masing — masing varietas memiliki keunggulan yang berbeda — beda, sehingga akan menghasilkan nilai rupiah yang berbeda. Varietas — varietas selada tersebut dibagi dalam empat kelompok, yaitu tipe selada kepala atau telur Head lettuce , selada rapuh Cutting lettuce atau Leaf lettuce , dan selada batang Asparagus lettuce atau Stem lettuce.
Pembibitan Selada Selada diperbanyak diri dengan biji. Biji atau benih selada diperoleh dengan menumbuhkan tanaman selada hingga berbunga dan berbuah. Apabila benih dibeli dari toko, varietas yang populer saat ini antara lain penn great lakes, imperial dan new york.
Kebutuhan benih selada per satu hektar lahan adalah gram. Untuk mendapatkan hasil optimal, benih selada keriting sebaiknya disemai terlebih dahulu sebelum ditanam di hamparan lahan yang luas. American J Exp Agric 4 2: Vertikultur is a method of cultivation that the principle is the effective use of land.
Transpiration, growth, and water use efficiency of paprika plants Capsicum annuum L. Methods of this program by socialization with training and pamphlets and vegetables cultivation workshop verticulture and housewife as the participant. Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur sederhana. Cucumber Cucumis sativus, L. Dasar-dasar dan praktek irigasi.
Pengaruh frekuensi penyiraman dan takaran pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil pakchoi. One of the things that can be done, is the use technology of verticulture system without soil media. Roots of hydroponically grown tea Camellia sinensis plants as a source of a unique amino acid, theanine.
The purpose of this program can supply households with nearly all the foods they need, reducing the cost of vegetable spending for their family. The yard around as the most direct way of providing daily food and a source of income for the purchase of other foods.
Verticulture is a system of agricultural cultivation where the planting area arranged vertically or terraced to allow the efficiency of limited land. Solar powered automated fertigation control system for Cucumis melo L. High fertigation frequency and phosphorus level: The vertikyltur was arranged based on the completely randomized design CRD used factorial with 2 factor consists of 4 level and one control.
J Tek Pert 2 2: Each treatment was repeated 3 times. Sutami 36 A, Surakarta, The result of this program that is a housewife and bydidaya family can improving capability and skill on verticulture technology mastery like preparation of planting media, planting and plant treatment, pest and disease control, harvesting and post-harvesting treatment. Abstract The limitation of land area that for fulfillment of food savety needs to be resolved immediately.
Hal ini diduga media campuran menyatakan bahwa penggantian media tersebut sebagai tempat tumbuh mikroba tanam mampu menekan konsentrasi KOT dan memiliki kandungan lignin untuk agar tidak meningkat kembali sehingga mengurangi karbon organik total pada air tidak menurunkan air budidaya budidaya. Rakocy et al. Parameter media organik dapat mengurangi panjang akar dipengaruhi secara percepatan pembusukan. Pertumbuhan Carvalho, KCC.
Kualitas air budidaya dipengaruhi Weissburg, M. Combined fish and lettuce secara signifikan oleh perlakuan media cultivation: an aquaponics life cycle tanam campuran antara batu apung dan assesment. Procedia CIRP. Tank culture of tilapia. A Sunarma. Jurnal masing media tanam yang tepat dalam Akuakultur Indonesia. Effendi, I. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Depok. Fahn, A. Plant Anatomy.
In Tjitrosomo, SS. Anatomi Tumbuhan. UGM Afrianto, E. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. Fariudin, R. Dasar-Dasar Nutrisi S. Pertmbuhan dan hasil dua Tanaman. Barlianti, V. Potensi dalam akuaponik pada kolam pemanfaatan lingo selulosa pada gurami dan kolam nila.
Jurnal coir dust sebagai penyerap Vegetalika. Berita Firdaus, MR. Jurnal Perikanan Nasional. Baku Zahidah. Nurlaeny, N. Tanam dan Sistem Hidroponik. Budidaya Ikan Untuk Padjajaran, Bandung. Pemeliharaan Ikan Nila Handajani, H. Nutrisi Oreochromis niloticus dalam Ikan. System Resirkulasi. Sekolah Indriyanto, FR. Rakocy J. Junita, F. Aquaponic is the combination of Pengaruh frekuensi aquaculture Fish Farming and penyiraman dan takaran pupuk hydroponic growing plants without kandang terhadap pertumbuhan dan soil.
Aquaponics Journal. Jurnal Ilmu Rakocy, JE. Listyanto, N. Aquaculture Center. Mangel, Kirkby, EA. Principle of Saptarini, P. Efektivitas Teknologi Plant Nutrition, 2. Ipomoea reptans Terhadap Neori, A. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Integrated aquaculture: Somervile, C. Production: Integrated Fish and Aquaculture.
0コメント